Palari Films dengan bangga mempersembahkan "Aruna & Lidahnya", sebuah sajian yang menggugah selesa. Disutradarai oleh Edwin (Posesif tahun 2017) dan dibintangi oleh aktor aktris terbaik Indonesia yaitu Dian Sastrowardoyo, Nicholas Saputra, Oka Antara dan Hannah Al Rashid. Film ini menyuguhkan kolaborasi akting para pemain
yang apik juga presentasi drama komedi yang diracik dengan menarik.
Mengambil lokasi syuting di Surabaya, Pamekasan (Madura), Pontianak, Singkawang dan Jakarta, film ini merekam keragaman kuliner Indonesia yang kaya pilihan. Berbagai makanan khas daerah tersebut muncul secara menggiurkan. Baik yang sudah dikenal luas seperti Rawon (Surabaya) dan Nasi Goreng sampai makanan yang hanya dapat ditemui di satu tempat seperti Campur Lorjuk (Pamekasan), Pengkang (Pontianak), dan Choi Pan (Singkawang).
Aruna dan Lidahnya menyuguhkan kisah drama yang di balut dengan kemasan santai. Berkisah tentang ARUNA
(Dian Sastrowardoyo) yang ditugaskan bekerja berkeliling ke empat kota
Indonesia sambil bertualang kuliner bersama kedua temannya, BONO (Nicholas
Saputra) dan NAD (Hannah Al Rashid). Saat menjalani tugasnya, Aruna bertemu
dengan mantan rekan kerja yang pernah ia taksir, FARISH (Oka Antara).
Keempatnya terlibat dalam perjalanan penuh percakapan yang mengungkapkan kisah
kehidupan dan rahasia terpendam.
Dalam
pekerjaan investigasinya, ARUNA menemukan ketidaksesuaian data antara Pusat dan
temuan lapangan yang menimbulkan kecurigaan. Sementara itu, situasi semakin
rumit karena FARISH yang kini bekerja di Pusat kian mendesak ARUNA untuk tetap
menjalankan prosedur. ARUNA pun mengalami konflik internal karena di satu sisi
ia memendam kekaguman namun menyadari bahwa FARISH disalahgunakan oleh
kepentingan yang tak diketahui keduanya.
Di film
panjang kelimanya ini. Edwin mengeksplorasi sisi lain dari petualangan
sinemanya. Film ini merupakan filmnya yang paling banyak memuat makanan dan
dialog.
“Buat saya,
manusia yang makan sambil ngobrol itu asik dilihat dan didengar. Obrolan di
saat makan sering kali mempengaruhi rasa makanan yang kita makan. Demikian pula
sebaliknya, rasa makanan yang kita makan bisa mempengaruhi kualitas obrolan
kita di meja makan.” Ujar Edwin saat Media Gathering bersama awak media
Surabaya yang bertempat di Ore Café.
Dikemas
secara ringan oleh Edwin, film ini menampilkan dinamika grup yang unik. Film
bergerak dengan obrolan di antara keempat karakter di meja makan namun tetap
memiliki kedalaman. ARUNA yang sederhana, FARISH yang kaku, NAD yang petualang
dan BONO yang rileks melebur di percakapan di atas meja makan yang menyenangkan
juga mengenyangkan pikiran.
Seperti juga
yang terjadi dalam keseharian, ketika empat orang berada dalam satu perjalanan sangat mungkin hal-hal yang tak
diinginkan terjadi seperti kesalahpahaman atau berprasangka. Film ini memotret
keadaan tersebut dengan cara yang natural. Hubungan antar manusia ditampilkan
sealami mungkin. Sehingga mudah bagi penonton merasa terhubung dengan para
karakternya.
Dari sisi
penyutradaraan, Edwin dapat mengolah perbedaan keempat pemeran menjadi
kolaborasi yang cair sehingga para pemeran dapat mengeluarkan akting
terbaiknya. Di film ini para aktor dan aktris ditantang untuk menjajal gaya
akting yang berbeda. Dian Sastrowardoyo banyak bermain ekspresi muka yang
jenaka, Oka Antara yang menjadi pegawai kantoran, Hannah Al Rashid yang tampil
anggun, juga Nicholas Saputra yang jahil.
Dian
Sastrowardoyo menyampaikan bahwa kerja sama dengan Edwin adalah hal yang sudah
lama diidamkan, “Saya mengenal karya Edwin sejak lama dan lalu banyak belajar dari film ini karena
proses kerja Edwin yang terbuka terhadap pendapat para pemain tentang karakternya.
Edwin adalah pendengar yang baik. Kami banyak berdialog tentang bagaimana
sebaiknya membentuk
karakter Aruna.”
Selain
akting, film ini juga memuat musik yang nostalgik. Penata musik Ken Jenie dan
Mar Galo memilih lagu-lagu lawas bernuansa pop jazz yang tak asing di telinga
pencinta musik Indonesia. Film ini memuat soundtrack seperti “Aku Ini Punya
Siapa” dari Januari Christy, lagu milik Jingga yang dinyanyikan ulang oleh Fe
Utomo “Tentang Aku”, lalu tembang ciptaan Andre Hehanusa dan Adjie Soetama yang
dulu dipopulerkan oleh Rida Sita Dewi dan kini dibawakan ulang oleh Monita
Tahalea “Antara Kita”.
Selain
lagu-lagu tersebut, ada juga lagu baru yang mempunyai kesan romantik seperti
lagu dari Yura Yunita “Takkan Apa” dan dua lagu dari Mondo Gascaro yaitu “Lamun
Ombak” (berduet dengan Aprilia Apsari/White Shoes & The Couples Company)
dan satu lagu yang khusus diciptakan untuk film “Lebuh Rasa”.
Sebagai
persembahan kedua dari Palari Films, Meiske Taurisia dan Muhammad Zaidy selaku
produser berharap film ini dapat diterima penonton luas. Menyusul film Posesif yang mendapatkan tiga Piala
Citra untuk Sutradara Terbaik, Aktris Utama Terbaik, dan Aktor Pendukung
Terbaik, film Aruna dan Lidahnya tetap
mengusung semangat untuk membuat sesuatu yang bermutu bagi penonton film
Indonesia.
“Setelah
tahun sebelumnya hadir dengan Posesif yang
memberikan dimensi baru untuk film remaja, tahun ini Palari Films masih
berkomitmen menyuguhkan kualitas melalui drama romantis berbalut kuliner yang
menimbulkan senyum simpul bagi
penonton film Indonesia,” ujar Muhammad Zaidy.
Meiske
Taurisia juga menyampaikan bahwa, “Di film Aruna dan
Lidahnya ini kita mengangkat pembicaraan sehari-hari yang sepertinya remeh
temeh padahal mempunyai kedalaman yang dapat memperkaya pengalaman hidup.
Sepenggal momen kecil dalam hidup pun bisa berdampak panjang ke kehidupan di
masa datang. Semoga penonton dapat menikmati percakapan dalam filmnya dan
hubungan persahabatan dan cinta di dalamnya.”
Film ini disutradarai oleh Edwin, ditulis skenarionya oleh Titien Wattimena. diproduseri oleh Meiske Taurisia dan Muhammad Zaidy. Pengarah sinematografi adalah Amalia
TS, penyunting gambar W. Ichwandiar Dono. Produksi Palari Films didukung oleh
GO-STUDIO Original, CJ Entertainment, Phoenix Films dan Ideosource
Entertainment.
 |
Meet and Greet di Marvel City Surabaya (dok.pri) |
Para pemeran
Aruna dan Lidahnya juga akan
menyambangi lima belas kota mulai 21 September hingga 6 Oktober untuk bertemu langsung dan bercengkrama bersama penonton. Kota-kota yang akan didatangi antara lain kota Bandung,
Malang, Surabaya, Solo, Jogjakarta, Jakarta, Bekasi, Depok, Cibubur, Pontianak,
Palembang, Makassar, Semarang, Padang dan Medan.
Yuk yang penasaran, tonton Aruna dan Lidahnya yang kaya rasa:
kuliner, cinta, persahabatan, intrik konspirasi di bioskop-bioskop Indonesia. Sajian yang rileks
dan menyenangkan itu bisa dinikmati untuk disantap beramai-ramai mulai tanggal 27 September di bioskop kesayangan seluruh Indonesia. Catat ya!
Post a Comment