Mass Market : Memulai Mandiri Sejak Usia Muda

http://www.kochiefrog.com

Ada alasan mengapa foto di atas yang saya pasang di awal artikel ini. Foto yang tidak biasa. Karena kata-kata motivasi biasanya disampaikan oleh sosok yang sudah matang dan berumur. Tapi ini bukan hanya sekedar kata-kata semata, karena yang melontarkan kalimat bijak tersebut adalah seorang anak muda  yang masih berusia 21 tahun 23 April 2016 nanti.

Saya sudah mendapat satu ide untuk menulis artikel seputar lombak BTPN kali ini. Dan seperti biasa, saya tidak berdiam begitu saja. Sambil mencari tambahan ide, saya mencoba berselancar sampai akhirnya menemukan web yang memuat cerita menarik di dalamnya yaitu di www.kochiefrog.com.

Judul yang cukup mencolok "Kisah Yasa Singgih Wirausaha Muda Sukses", mampu membuat saya tertarik untuk segera membacanya. Seperti mendapat siraman air yang segar ketika saya membaca artikel tersebut sampai tuntas. Mungkin anda bisa membacanya di sini. Dan saya pun yakin anda akan di buat terperangah dengan cara berpikir anak muda yang biasanya seumuran dia masih sangat bergantung pada kedua orang tuanya. Tapi pemuda satu ini memang luar biasa dan sangat menginspirasi.

Selanjutnya, saya akan menceritakan juga kisah beberapa pemuda dalam versi yang hampir sama. Tapi yang jelas, mudah-mudahan bisa dijadikan contoh atas semangat mandiri dalam usia mereka yang masih sangat muda.  

1. Mas Joko jualan kebab untuk biaya sekolah.


Rizky sedang membuat kebab buat pelanggan (dokumentasi pribadi)

Hampir tiap hari saya selalu melihat dia melayani pembeli yang ingin menikmati kebab dengan merk Kings itu. Lokasi dia berjualan ada di samping sebuah pom bensin, jadi cukup strategis. Karena hampir setiap hari saya mengisi bensin di situ sebelum menjemput si bungsu pulang sekolah. Sore tadi antrian pembeli bensin cukup panjang, lalu Adham minta dibelikan kebab karena bosan juga kalo nungguin antrian bensin. Tapi sampai saya selesai, ternyata baru dibuatin kebab yang Adham pesan. Itu tidak lepas dari antrian pembeli yang cukup banyak. 

Sebenarnya saya tidak ada niat untuk mengajak ngobrol, tapi tiba-tiba dia memulai bertanya. 

"Ini putra pertama ya bu?" tanya mas Joko sambil menunjuk Adham. 

Dan spontan saya menjawab, "Oh bukan mas. Ini yang nomor 3, yang bungsu."

"Umurnya berapa bu? Kok kelihatan besar sekali?" tanya dia sambil membolak-balik kebab yang kami pesan.

"11 tahun mas, kelas 5 SD. Kalo kakaknya sudah kelas 2 SMA." jawab saya.

"Wah seumuran saya dong. Saya juga kelas 2 SMA..." jawab dia, yang selanjutnya membuat saya jadi penasaran.

Akhirnya meluncurlah pertanyaan-pertanyaan dari mulut saya. Sampai akhirnya saya mempunyai ide untuk menulis artikel ini.

Namanya Joko Susanto, umurnya masih 17 tahun dan duduk di kelas 2 SMA. Dia anak sulung dari 2 bersaudara, yang sudah di tinggal ayahnya sejak kecil. Sedangkan ibunya hanya seorang buruh cuci di rumah-rumah. Mereka sudah hampir 6 tahun hijrah dari kota kecil Trenggalek untuk mengadu nasib ke Surabaya. Tapi memang nasibnya kurang begitu beruntung. Sewaktu Joko SMP, sempat terancam tidak bisa sekolah lagi karena ibunya sudah tidak sanggup membiayai. Tapi Joko kecil sudah punya jiwa mandiri dan tekad untuk tetap sekolah. Dia bantuin agen koran untuk menjadi loper di kampung-kampung. Kebetulan pemilik agen koran adalah pemilik rumah makan. Kadang Joko di suruh bantuin bersih-bersih atau mencuci piring gelas bekas pelanggan. Sampai suatu saat, dia ditawari untuk buka kios kebab. Semua perlengkapan dari bosnya tersebut. Joko di suruh jualan dan setor hasil dari penjualan setiap hari. Upahnya di hitung dari kebab yang bisa dia jual setiap harinya. Tentu saja Joko tidak menolak tawaran itu. Karena di samping dia akan mendapat tambahan uang saku, dia sudah lama ingin belajar mandiri. Dengan mempunyai kios sendiri (meskipun pinjaman dari bosnya), dia ingin merasakan menjadi seorang usahawan. 

Pelanggan yang antri (dokumentasi pribadi)

Beruntung kios tempat dia jualan cukup strategis dan menjadi lalu lalang orang hampir setiap saat. Bukan hanya orang yang bertujuan beli bensin saja. Di sekitar situ ada juga beberapa mesin atm yang juga tidak pernah sepi orang mengambil uang.  Setiap hari dia buka dari jam 12 siang sampai jam 9 malam. Seperti kebanyakan orang berdagang, kadang pembeli cukup ramai tapi kadang juga sepi. Tapi dari upah yang di terima setiap hari, masih cukup untuk membayar sekolah dan memenuhi kebutuhan-kebutuhanya. Dan yang paling penting, dia masih bisa menyisihkan untuk membantu ibunya. 

Ada rasa haru dan bangga mendengar kisah Joko, apalagi ketika dia tidak malu mengatakan bahwa cita-citanya suatu saat ingin mempunyai resto kebab sendiri. Kalau bisa malah dari hasil olahan dan kreasi dia sendiri. Anak yang kelihatannya cukup lugu dan sederhana itu ternyata sangat melek tekhnologi. Dia juga mengikuti perkembangan kuliner yang lagi trend dan digemari masyarakat. Ketika saya tanyakan, apakah dia masih bisa menyisihkan uang untuk di tabung. Jawabannya cukup mengejutkan. Ternyata sejak dia bisa mencari penghasilan sendiri, dia sudah mulai menyisihkan untuk di tabung. Meskipun tidak banyak, tapi setiap hari harus ada yang di simpan. Saya hanya bisa berdecak kagum dan berdoa dalam hati, semoga Joko bisa mewujudkan harapannya.

Dan Joko tidak menyadari bahwa keberadaan dia sangat berarti bagi penggemar makanan dari negara Turki tersebut. Apalagi sekarang fast food sudah menjadi bagian dari gaya hidup di jaman modern ini. Siapapun suka karena disajikan cepat, lezat dan praktis . Bisa di lihat dari pembeli yang selalu antri sejak kios buka sampai menjelang tutup. Dari kalangan anak kecil, remaja hingga dewasa. Sebenarnya kios kebab sendiri sudah demikian menjamur dimana-mana. Sehingga kompetisi tentunya makin tinggi. Itu menjadi tantangan tersendiri buat Joko dengan selalu memberikan service yang baik dalam memperlakukan pelanggan. Kuncinya yaitu ramah dan komunikatif. Mau menerima masukan dan di kritik.

2. Mas Win jualan air galon supaya tidak bergantung pada orang tua.



Cerita kedua adalah kisah Mas Win yang kebetulan masih tetangga saya di perumahan Rewwin. Dia tinggal bersama saudara sepupunya, kontrak di sebelah rumah untuk jualan bakso. Dulu dia memang membantu saudaranya tersebut menjajakan bakso keliling perumahan. Datang dari kampung, awalnya dia berencana untuk mencari pekerjaan di Surabaya. Untuk mengisi waktu, dia membantu dulu saudaranya yang punya usaha bakso. Dari upah yang dia terima tersebut, setelah berjalan 5 tahun ternyata cukup lumayan banyak. Sampai akhirnya terpikir untuk membuka usaha sendiri yaitu jualan air mineral dan air galon. Mungkin dia juga melihat peluang, karena waktu itu masih sangat sedikit yang jualan air minum di perumahan. Dia cuman lulusan SMA 5 tahun yang lalu. 

Dengan usia menjelang 25 tahun, mas Win sudah mempunyai usaha yang bisa menopang hidupnya juga membantu orang tuanya di kampung. Dia sudah melupakan cita-citanya untuk mencari pekerjaan di kota. Karena dia sendiri menyadari bahwa peluang pekerjaan sekarang harus di dukung oleh pendidikan yang tinggi. Kondisi seperti itulah yang membuat dia bertekad untuk bisa mandiri dan membuka peluang pekerjaan. Minimal buat diriinya sendiri.

Ketika tadi dia mengantarkan air mineral pesanan saya, sempat saya tanyakan apa yang sudah dia dapat dari hasil jerih payahnya selama ini? Apakah dia juga mempunyai tabungan? Ternyata dia sudah mempunyai rencana untuk membuka kios air isi ulang sendiri dengan tabungan yang sudah dikumpulkan bertahun-tahun. Wow, saya jadi bertambah kaget tapi kagum. Dimana sebagian anak muda kalau mempunyai uang lebih akan dipakai untuk memanjakan diri, ternyata mas Win justru memikirkan masa depannya.

Bagi saya pribadi, keberadaan mas Win sangat dibutuhkan sekali. Apalagi ketika awal dia memulai usaha, masih jarang dan belum ada banyak pesaing di perumahan waktu itu. Ketika air minum habis, saya tinggal telpon saja. Tidak sampai 15 menit, dia sudah datang mengantarkan air minum sekaligus memasangkannya di dispenser. Tugas saya jadi mudah, meskipun di rumah ada suami dan anak-anak. Tapi mas Win selalu memberikan pelayanan yang lengkap dan memuaskan dalam berjualan air mineral.

3. Mas Thomi jualan kaos untuk belajar jadi wirausahawan.


Bukan tanpa alasan dan tujuan, apabila saya menuliskan kisah anak saya sendiri untuk dijadikan contoh juga. Karena jujur, saya tidak pernah menyangka ketika tiba-tiba mengetahui kalau sulung saya mempunyai usaha sendiri dengan teman-temannya. Setelah berjalan 5 tahun, saya baru tahu itupun ketika melihat foto-foto dia yang bak foto model memakai kaos kemudian dipromosikan lewat online. Kebangeten juga ya mamanya, kok sampai 5 tahun nggak tau. Bukan ngeles nih. Tapi karena memang Thomi suka mencoba berbagai kegiatan yang menurut dia penuh tantangan. Tentunya yang tidak kalah penting adalah bakat bisnis yang menurun deras dari mamanya. 

Jadi model sendiri, biar ngirit (dokumentasi Thomi)

Si doi bernama lengkap Thomi Fikri Utomo. Lahir pada tanggal 07 Juni 1994. Jadi tahun ini dia masih berusia 22 tahun. Tapi dia mempunyai kegiatan yang cukup padat, bahkan sejak menginjak bangku kelas 3 SMP. Dari mulai kegiatan ngeband yang ditekuni secara serius, sampai dia bisa mencari uang dari berbagai lomba dan undangan pentas. Sejak kuliah di tahun 2013, dia sudah ikut beberapa EO untuk mencari pengalaman kerja. Mungkin dari pergaulan yang semakin luas, apalagi banyak di lingkungan entertainment. Akhirnya keinginan untuk membuka usaha sendiri itu terbuka,. Awalnya bersama dengan beberapa temannya. Tapi 2 tahun terakhir ini dijalani sendiri karena di support oleh ayahnya (yaitu suami saya). Tentunya ada alasan kenapa dia tidak banyak cerita terutama pada saya, karena memang dia mencoba untuk mandiri. Dari konsep sampai promosinya, dia pengen itu murni dari ide serta kemampuan dia sendiri. 

Sering ikut pameran (dokumentasi Thomi)
Selama ini pemasarannya lewat on line dan buka booth ketika ada pameran. Sudah banyak produk yang dihasilkan antara lain kaos serta hem buat cowok dan cewek, topi, scraft, sabuk sampai gantungan kunci. Terus terang saya tidak pernah ikut campur atau kepo dengan bisnis dia. Tapi hasil yang memuaskan itu bisa saya rasakan ketika setiap lebaran pasti mama ayah dan adiknya dibelikan baju baru, adiknya sering di traktir dan dia sudah jarang minta uang saku ke saya. Horeeeeeee.....mamanya yang paling girang hehehehe. Tapi saya juga selalu ingatkan dia untuk tidak lupa menabung dan beramal. Thomi hanya membocorkan sedikit info, kalau dia juga mendapat order pembuatan kaos untuk event pameran dalam jumlah yang lumayan besar. Tentunya saya sebagai mamanya pasti bangga dan berharap dia bisa memberikan contoh buat orang lain. Terutama buat adik-adiknya. Yaitu semangat mandiri dan belajar membuka peluang usaha buat diri sendiri atau orang lain.

Mulai sekarang, saya sudah ajarkan untuk bisa mencoba cara simulasi "Menabung untuk Memberdayakan", dengan tujuan membuat rencana yang tepat dalam mengelola keuangan untuk bisnis-bisnis selanjutnya.

Siapa Mass Market itu?


Kita tidak pernah menyadari bahwa sehari-hari pekerjaan kita menjadi lebih mudah karena di bantu oleh Mass Market. Mass Market adalah pelaku usaha mikro dan kecil. Kadang kita tidak pernah menyadari akan fungsi dari keberadaan mereka. Padahal Mass Market begitu mempermudah hidup kita pada hampir semua kegiatan.

Mencoba simulator "Menabung untuk Memberdayakan"


Terlepas dari kisah para pemuda di atas yang sudah berhasil mandiri dengan usaha yang dia rintis, tentunya kita sangat menyadari betapa pentingnya mempersiapkan bekal. Salah satunya perhitungan yang matang terutama dalam segi finansial. Karena bukan tidak mungkin, banyak perhitungan bisa meleset dari apa yang sudah kita hitung secara pasti.

Memilih menabung tentu sangat banyak manfaatnya. Apalagi buat kita yang ingin memulai usaha tapi dana belum cukup. Lewat simulasi ini, kita di bantu untuk mendapatkan gambaran yang jelas. Silahkan mencoba dengan mengikuti langkah sebagai berikut :

1. Klik link Menabung Untuk Memberdayakan, selanjutnya akan nampak di layar seperti gambar di bawah ini. Kemudian kursor arahkan ke teks MULAI SIMULASI (petunjuk arah panah).



2. Di layar akan tampak 2 pilihan untuk menjalankan simulasi, yaitu lewat facebook atau manual. Untuk lebih praktis, saya memilih MANUAL SIMULASI.


3. Di layar akan nampak kolom kosong yang harus kita isi. Yaitu nama, email dan bidang usaha yang pengen kita berdayakan. Ada 3 pilihan yaitu Art &  Culture, Culinary dan Fashion.


4. Kemudian saya isi kolom nama dan alamat email, serta mengisi bidang usaha yang saya pilih yaitu culinary atau kuliner. Karena saya memang ingin mempunyai usaha semacam resto makanan daerah. Kemudian kursor diarahkan ke kotak oranye yang bertuliskan MULAI LOGIN.


5. Selanjutnya ada pilihan yaitu jumlah dana yang ingin ditabungkan dan lama waktu menabung. Saya memilih jumlah 2,5 juta dengan masa tabungan yaitu 5 tahun.



6. Layar selanjutnya adalah kita harus mengisi lagi kolom dengan nama lengkap, alamat email dan nomor telpon. Di situ terdapat juga penawaran apakah kita bersedia untuk suatu saat dihubungi Customer Service untuk mendapatkan info yg lebih lengkap lagi. Kalau setuju tinggal kasih centang aja, kalau tidak ya dikosongkan. Dilanjutkan klik untuk melihat HASIL SIMULASI.



7. Akhirnya, hasil simulasi saya sudah tampak di layar. Yaitu dengan menabung sebesar 2,5 juta setiap bulan selama 5 tahun, dana tersebut menjadi Rp. 170.885.649,-. 



Informasi tersebut di atas, yaitu berupa simulator "Menabung Untuk Memberdayakan" adalah gambaran produk Taseto Mapan apabila kita menabung di BTPN. Perhitungan suku bunga dan angka pada produk Taseto Mapan dapat berubah sewaktu-waktu sesuai dengan rate yang berlaku di BTPN. Sedangkan untuk informasi yang lebih lengkap mengenai produk Taseto Mapan, bisa di peroleh dengan mengunduh link Produk & Layanan BTPN.

Kembali saya mengutip kalimat motivasi dari Yasa Singgih seperti berikut ini :

"Jauh lebih baik kita kehilangan masa muda daripada kita kehilangan masa depan"


* * *


Tulisan ini diikutsertakan dalam Kompetisi Penulisan Blog BTPN : 










Post a Comment

Inspiravy
Theme by MOSHICOO