Tak Perlu Mahal Untuk Bisa Berbagi Dengan Sesama

Kalau ada yang menanyakan apa yang sudah saya lakukan untuk Indonesia, mungkin saya belum bisa menjawabnya. Karena saya memang belum merasa melakukan apapun untuk negeri tercinta ini. Selain berusaha menjadi warga negara yang baik dan mendidik anak sebaik-baiknya supaya kelak menjadi generasi yang berguna. Sedangkan apa yang saya tulis ini dalam tema Aksi Untuk Indonesia belum bisa dikatakan sumbangsih yang berguna buat bangsa. Tapi niat saya adalah berbagi pengalaman dan memberi inspirasi kepada orang lain. Walaupun yang saya kerjakan ini mungkin sedikit terlambat karena sebelumnya sudah banyak yang melakukan aksi kegiatan sosial semacam ini.
Sudah hampir 8 bulan ini di kampung saya ada kegiatan baru yang namanya BANK SAMPAH. Meskipun sudah lama kami mendengarnya, namun baru setahun terakhir ini kami sebagai pengurus RT tergerak untuk mendirikannya sendiri. Sosialisasinya hanya di lingkungan RT kami yang terdiri dari 45 Kepala Keluarga saja, supaya lebih fokus dengan tujuan sesungguhnya. Yaitu untuk membantu menangani pengolahan sampah di Indonesia, menyadarkan masyarakat akan lingkungan yang sehat, rapi, dan bersih serta mengubah sampah menjadi sesuatu yang lebih berguna. Di samping pula karena didasari oleh rasa keprihatinan karena lingkungan hidup yang semakin lama semakin dipenuhi dengan sampah baik organik maupun anorganik, sehingga memerlukan pengolahan yang tepat dan membuat sampah menjadi bahan yang berguna dengan nilai ekonomis yang tinggi.
Beberapa hal yang kami lakukan dalam mendirikan Bank Sampah adalah :
1. Membentuk tim yang mengurusi Bank Sampah (di luar kepengurusan RT).
2. Memberikan pemahaman kepada ibu-ibu rumah tangga tentang maksud dan tujuan didirikannya Bank Sampah. Terutama manfaat yang bisa di ambil bagi masing-masing keluarga.
3. Memberi contoh cara memilah-milah sampah sehingga bernilai ekonomis. Selanjutnya di sebut sampah bersih karena memang kebanyakan berupa sampah kering dan sudah di pilah sesuai dengan kegunaannya. Contoh : botol air mineral yang sudah di buang tutup dan stiker yang menempel.
4. Mendata keluarga yang berkenan untuk ikut termasuk menyiapkan buku tabungan bagi masing-masing keluarga yang berkenan menjadi nasabah. Karena ternyata ada juga yang tidak mau ikut dengan alasan ribet memilah-milahnya dan tidak mau repot.
5. Mencari rekanan Tempat Penampungan Sampah (Pemulung Besar atau Pengepul) yang siap menampung sampah-sampah bersih tersebut. Kami juga menyeleksi rekanan Pengepul yang bersedia memberi harga yang lebih tinggi dan pembayaran yang tidak terlalu lama. Biasanya ada perjanjian untuk pembayarannya yaitu 2 sampai 4 bulan sekali, sedang bagi nasabah hanya boleh mengambil tabungan tersebut setelah 1 tahun.
6. Mencari perusahaan yang mau mendukung program ini dan berkenan menjadi sponsor.
14158648071377587261
memilah dan menimbang (dok.pri)
Adapun manfaat Bank Sampah yang bisa di ambil bagi warga atau nasabah yaitu :
1. Menjadikan lingkungan lebih bersih.
2. Membuat masyarakat sadar akan pentingnya kebersihan (terutama mengajari pada anak-anak).
3. Memanfaatkan sampah menjadi barang ekonomis.
4. Menambah penghasilan atau pemasukan ekstra terutama untuk ibu rumah tangga.
5. Mendapat imbalan selain uang yaitu sabun mandi, sabun cuci, mentega atau pasta gigi (karena kebetulan saya mengajak satu perusahaan besar yang berkenan untuk mengsupport kegiatan kami ini dengan memberi tiap bulan barang-barang produknya untuk nasabah bak sampah).
14158500051439596449
anak-anak turut dilibatkan - baju kuning (dok.pri)
14158834031922675999
mobil pengepul yang mengangkut sampah (dok. pri)
Memandang banyak manfaat yang bisa di ambil dalam mengelola Bank Sampah, saya mencoba memperluas kegiatan sosial dengan memakai system seperti Bank Sampah ini. Adapun kegiatannya adalah :
1. Menyantuni anak yatim.
Salah satunya adalah komunitas yang saya bentuk kurang lebih 2 tahun yang lalu, anggotanya lebih dari 50 orang adalah warga Madiun yang sekarang menetap dan bekerja di Surabaya.Setiap pertemuan rutin yang dilaksanakan sebulan sekali, saya mewajibkan anggota untuk membawa sampah-sampah kering yang sudah di pilah. Hasil dari penjualan sampah tersebut rata-rata sebesar antara 250-400 ribu rupiah. Kemudian uang tersebut kami sumbangkan pada Yayasan Panti Asuhan yang sudah disepakati (jadi bisa berpindah-pindah). Biasanya berupa barang atau sembako.
2. Memberi modal pada pedagang kecil.
Komunitas yang saya beri nama Kowad (Komunitas Warga Madiun) setiap bulan dimintai iuran keanggotaan sebesar 20 ribu rupiah. Minimal tiap bulan uang kas terisi sekitar 1 juta rupiah (dan bertambah tiap bulannya). Kami menawarkan pinjaman modal usaha kepada tetangga, kerabat atau kenalan dengan referensi dan jaminan dari anggota komunitas kami. Pinjaman paling besar adalah 500 ribu sedangkan paling kecil adalah 100 ribu. Biasanya mereka adalah pedagang kecil seperti penjual kue atau yang membutuhkan dana untuk bayar sekolah anak. Sistem pengembaliannya adalah setiap hari. Kami tidak mengenakan bunga tetapi ketika menyetorkan pinjaman harus membawa sampah bersih dengan minimal jumlah yang sudah ditentukan yaitu senilai seribu rupiah.
3. Fasilitas kesehatan untuk sekolah PAUD & TK
Kebetulan ibu saya mempunyai sekolah setingkat PAUD & TK. Lokasinya di kampung di kota Madiun. Dari awal memang bertujuan untuk membantu warga sekitar dengan menetapkan tarif yang murah dan sistem pembayaran seminggu sekali. Dengan berjalannya waktu, murid yang di tampung semakin banyak sehingga pola pembayarannya sedikit di ubah. Khusus murid yang tergolong tidak mampu masih di beri keringanan dan melakukan pembayaran seminggu sekali. Tapi sekarang setiap bulan para murid mendapat pelayanan kesehatan berupa cek THT yaitu telinga, hidung, tenggorokan termasuk gigi. Sehingga kesehatan mereka di pantau oleh dokter dari puskesmas yang bekerja sama dengan Bank Sampah keliling.  Hanya saja setiap hari para murid diwajibkan untuk membawa sampah bersih ke sekolah yang nantinya akan di tampung oleh Bank Sampah keliling yang datang setiap seminggu sekali. Sampah tersebut berupa botol plastik, kardus dan sampah organik dengan nilai nominal minimal sepuluh ribu rupiah setelah terkumpul selama seminggu. Para murid yang menjadi nasabah bank sampah masing-masing mendapat buku tabungan yang mencatat berapa jumlah nominal sampah yang sudah di setor dan di kurangi biaya untuk cek kesehatan tersebut. Jadi mereka juga mendapat kesempatan menyetorkan sampah kalau ingin menambah tabungan di luar ketentuan sekolahan.
4. Melatih Disiplin Di Sekolah Anak
Yang ini masih dalam taraf pembicaraan dengan pihak sekolah di mana anak saya yang paling kecil menuntut ilmu. Berawal dari keprihatinan melihat kesadaran dalam membuang sampah tidak pada tempatnya. Saya setiap hari melihat dengan kepala mata sendiri ketika menjemput Adham pulang sekolah, dimana hampir semua anak-anak membeli makanan dan minuman serta membuang sampah bekas tidak pada tempat sampah. Diawali dari kelas 4-B yaitu kelasnya Adham. Saya sendiri yang akan memberi pemahaman dan mengajak mereka untuk sadar akan menjaga kebersihan lingkungan dengan membuang sampah pada tempatnya. Mereka juga di ajak untuk mengumpulkan sampah yang berupa botol, gelas minuman dan bungkus plastik makanan kecil untuk di kumpulkan di tempat khusus di kelasnya. Setiap bulan mereka akan mendapat hadiah sesuai dengan sampah yang terkumpul. Bukan diukur dari nilai jual sampah tapi dengan terkumpul sampah yang banyak berarti kesadaran mereka untuk membuang sampah juga sudah semakin tinggi. Hadiah akan diberikan untuk seluruh anak sekelas, karena untuk mendorong mereka melakukan secara gotong royong dan saling mengingatkan.
Memang kurang bijaksana kalo kita mendidik dengan dasar mengiming-imingi hadiah. Tapi dalam hal ini, kami berharap dengan semangat mendapat hadiah tersebut akan membuat mereka makin lama terbiasa dengan melakukan hal-hal yang positif terutama menjaga lingkungan dengan membuang sampah pada tempatnya serta memanfaatkan sampah yang mempunya nilai ekonomis.
14158480171224851768
dokumen pribadi
Selanjutnya, saya dan tim sedang menggalakkan komposter untuk bisa digunakan di setiap rumah di lingkungan RT kami. Mulai bulan kemarin sudah disosialisasikan tapi belum banyak karena komposternya sendiri yang merupakan sponsor dari perusahaan rekanan masih di kirim dalam jumlah terbatas masih untuk percontohan saja.

14158484821726192090
nasabah mendapat bingkisan dari sponsor (dok.pri)
Untuk saat ini saya sedangkan mengembangkan kegiatan sosial yang lain dengan berbasis Bank Sampah, karena lebih sederhana sistem kerjanya tapi sangat bermanfaat untuk lingkungan dalam jangka panjang. Semoga apa yang kami kerjakan ini, bisa menginspirasi pada ibu-ibu atau keluarga yang lain.
Selamatkan lingkungan kita… Selamatkan bumi Indonesia…

* * *
Alhamdulillah... Tulisan saya ini bisa memenangkan juara 3 Lomba AKSI UNTUK INDONESIA yang diselenggarakan oleh Kompas Gramedia Group. 

Catatan harian, 13 Nopember 2014

Post a Comment

Inspiravy
Theme by MOSHICOO