Pesan Buat Para DUREN

Pasti semua tahulah kata DUREN yang saya maksud. Sudah sangat populer dan masuk dalam istilah yang tidak resmi kamus bahasa gaul kita. Sedang maksud saya membuat judul yang spektakuler ini, yaitu ingin menjaring para duren supaya berkenan membaca artikel saya. Tapi sebenarnya yang bukan durenpun tidak di larang untuk membaca. Karena saya yakin informasi ini pasti bisa berguna bagi semua status dan golongan. Tidak hanya duren, bisa juga semangka, dondong, mangga, salak, jambu….eh kok jadi ngomongin buah-buahan. Kayak mau rujakan aja hehehehehe….

Kali ini saya sengaja mau ngerasani para duren yang sudah punya buntut. Yah, maksud saya yaitu duda (keren) yang di tinggal istri tercinta baik yang meninggal maupun bercerai. Yang membawa putra putrinya tinggal bersamanya.

Awal mula cerita itu adalah…

Namanya Bintang, teman Adham satu kelas. Anaknya cukup tampan dan posturnya sedikit lebih besar dari teman-teman sebayanya. Kata wali kelas Adham - bu Tini, sebenarnya dia cukup cerdas. Tapi tidak pernah mau bikin pe er, tidak mau menulis tugas, suka ngomong jorok, suka malak temannya, bekal teman perempuan suka di ambil, gak pernah mau piket membersihkan kelas, sukanya memancing temannya untuk berbuat gaduh dan ramai di kelas. Bulan ini saya sudah 3 kali di panggil bu Tini karena Adham berantem sama Bintang hanya gara-gara sepatu dan tas Adham disembunyikan. Ada kesan bahwa anak tersebut kurang diperhatikan dan di bimbing orang tuanya. Usut punya usut, ternyata Bintang memang hanya tinggal dengan ayah dan neneknya. Ibunya sudah meninggal dunia. Tapi ayahnya lebih banyak di luar pulau karena bekerja, sedang neneknya yang sudah sepuh harus merawat Bintang dan adiknya yang masih umur 5 tahun (belum sekolah). Setiap ada panggilan dari sekolah, Bintang selalu memberi alasan kalau adiknya sakit sehingga neneknya tidak bisa ke sekolah. Sering juga Bintang bolos sekolah kalau lagi malas (dan lebih sering malasnya kambuh). Neneknya di paksa untuk bikin surat dengan keterangan alasan sesuai keinginan dia.

Tadi siang ketika saya menjemput Adham pulang sekolah, tiba-tiba dia meminta saya untuk mengantarkan ke rumah Bintang. Pengen menjenguk karena katanya sudah 2 hari Bintang tidak masuk sekolah, alasannya sakit. Saya cukup kaget dengan permintaannya. Tapi akhirnya saya mengiyakan, karena kebetulan rumah Bintang tidak jauh dari sekolah. Meski tadi ada rasa kaget, saya sangat mengenal karakter anak saya yang sangat perhatian dan punya kepedulian dengan sekelilingnya.

Sampai di rumah Bintang, ternyata dia malah tidak ada di rumah. Seharian main di luar rumah tanpa ada yang tahu kemana. Saya sangat kasihan melihat neneknya yang sudah renta harus menyuapi adiknya yang masih kecil lari ke sana kemari. Menurut cerita neneknya, sudah 4 tahun ibu Bintang meninggal dunia. Ayahnya belum mencari pendamping lagi karena memang tidak mudah untuk itu. Sekarang saja waktunya habis untuk bekerja di luar jawa. Pulang hanya sebulan sekali, itupun cuma 2 hari. Praktis, Bintang dan adiknya setiap hari hanya di temani neneknya yang mempunyai banyak keterbatasan. Tidak hanya usia yang sudah lanjut, tenaga dan pikiran yang sudah mulai berkurang, juga perhatian yang tidak maksimal dalam membimbing tumbuh kembang Bintang dan adiknya. Ada pembantu hanya bekerja selama 2 jam untuk membersihkan rumah dan mencuci baju-baju mereka.

Sikap berontak Bintang sebenarnya hanya pelampiasan kekecewaan serta minta perhatian dari orang lain. Dia sendiri merasa tidak ada yang mengontrol dalam melakukan sesuatu, sehingga terkesan seenaknya sendiri. Tidak pernah ada yang mengarahkan tentang hal-hal yang baik buruk, diperbolehkan dilarang atau bagaimana bersikap dan bersosialisasi yang tepat. Karena Bintang ditinggalkan ibunya ketika berumur 5 tahun. Dimana seorang anak sangat membutuhkan sentuhan dan perhatian orang tua terutama seorang ibu. Bagaimana dengan perkembangan adiknya kelak yang masih berumur 1 tahun ketika ibunya tiada?

Meskipun dalam segi materi sangat tercukupi, tapi anak seusia Bintang yang baru 10 tahun dan adiknya 5 tahun membutuhkan “vitamin batin” yang tidak mungkin hanya di peroleh dari seorang neneknya. Memang, seorang ayah tidak akan mampu menggantikan sepenuhnya peran seorang ibu. Tapi hubungan darah yang mengalir di tubuh antara ayah dan anak, sebenarnya bisa merekatkan tali batin lewat komunikasi yang intens. Jarak tidak masalah. Yang penting perhatian dan tanggung jawab untuk menghantar anaknya menjadi manusia yang sesungguhnya. Sesungguhnya yang dibutuhkan seorang anak hanyalah perhatian, kasih sayang, bimbingan dan tuntunan sampai mereka menjadi manusia yang mandiri. Mereka tidak pernah menuntut apa-apa, karena kepribadian mereka terbentuk juga dari idealisme kita.

Saya sempat mengendong dan memeluk adik Bintang yang namanya Kejora. Anak kecil yang cantik itu pertama takut dan selalu memandang penuh tanya pada saya. Tapi lama-lama dia mau saya pangku sampai kemudian memeluk begitu erat bahu saya. Ada rasa trenyuh dan iba. Dia kelihatan merasa nyaman ketika saya elus lembut dan cium rambut kepalanya. Matanya yang bening sesekali mencari mata saya yang sudah sedikit berkaca-kaca. Siapa yang salah, sehingga anak sekecil ini seperti kehausan kasih sayang? Dimana lagi mereka akan mendapatkan limpahan perhatian? Saya tidak berani mencari jawaban karena bukan kapasitas saya…

Pesan saya buat para duren bahwa anak adalah AMANAH. Tidak tanggung-tanggung, mereka adalah titipan sang Pencipta. Suatu saat kita di minta pertanggungjawabannya. Jangan menyalahkan keadaan. Karena sesungguhnya, pria lebih banyak di beri kemudahan dalam menentukan pendamping. Walaupun masih banyak pertimbangan, tapi hidup anak-anak tetap berjalan dengan segala dinamika yang mewarnai mereka. Sesibuk apapun dalam mencari nafkah, jangan sampai melupakan kewajiban dan tanggung jawab terhadap mereka. Komunikasi adalah kunci mempererat hubungan batin, tapi akan berdampak positif dalam jangka panjang terutama buat perkembangan mereka.

Tidak ada ibu rasanya lebih berat dihadapi anak-anak secara psikis daripada tidak ada bapak. Ini sangat masuk akal. Karena ibu bisa berperan sebagai bapak tapi bapak tidak bisa melakukan seperti yang banyak dilakukan seorang ibu. Terutama dalam memberikan perhatian dan kasih sayang. Mudah-mudahan para duren tidak marah atau tersinggung. Ini salah satu cerita fakta yang bisa saya sharing disini. Semoga bisa menjadi pembelajaran dan pengalaman yang berharga buat kita semua.

Salam damai DUREN…


Catatan harian, 11 Oktober 2014
Pukul : 18.56

Post a Comment

Inspiravy
Theme by MOSHICOO