Melayani Dengan Ikhlas, Pelanggan Jadi Puas

Kalau bicara tentang jasa pengiriman paket khususnya JNE, membuat saya menjadi ingat pengalaman beberapa tahun yang lalu. Dimana sejak pengalaman itu membuat saya tahu  bagaimana cara mengemas bungkusan paket dengan tepat. Sebenarnya saya sudah sering menggunakan jasa JNE sebelumnya. Ketika saya masih kerja kantoran, hampir setiap bulan sampai 3-4 kali mengirim dokumen ke luar kota dan luar jawa. Tapi biasanya saya tinggal menyuruh Office Boy atau titip ke Bagian Sekretariat. Sehingga saya tahunya beres.

Sekitar tahun 2012 saya akan mengirim bed cover (selimut) dan bantal guling berbahan dacron ke Padang, Sumatera Barat. Ada teman yang nitip untuk dibelikan beberapa barang sekalian minta dikirimkan. Saya memilih jasa JNE karena lokasinya tidak jauh dari rumah sehingga cukup menghemat waktu, juga kebetulan ada 2 kantor cabang di dekat perumahan. Mamang kalau saya perhatian, sekarang kita bisa dengan mudah  menemukan agen JNE menyebar hampir di seluruh wilayah sampai masuk ke perumahan-perumahan. Itu juga salah satu keunggulan dari JNE dalam menyiasati persaingan pasar jasa ekspedisi yang semakin ketat. Tidak hanya membuka 1 cabang, tapi bisa 2 sampai 3 kantor di setiap wilayah. Bahkan masuk ke perumahan-perumahan dari yang kecil, menengah sampai atas. Sehingga konsumen tidak menemukan kesulitan apabila membutuhkan jasa pengiriman paket sewaktu-waktu.

Kembali ke cerita saya, supaya lebih praktis dan mendapat pelayanan dengan cepat, barang yang akan saya kirim itu sudah saya bungkus rapi dari rumah. Awalnya cukup kesulitan mencari kardus yang bisa memuat bedcover, 2 bantal dan 2 guling. Tapi akhirnya saya menemukan kardus yang cukup besar. Orang yang melihat dari luar pasti mengira itu paket isinya televisi, saking besarnya. Begitu juga yang ditanyakan mas Yudi, karyawan JNE yang melayani saya. Awalnya dia cuman nanya isinya apa, tujuannya kemana, sambil menuliskan dalam nota. Ketika di timbang, dia menyebutkan ongkos yang membuat saya sangat terkejut. Tarifnya hampir 3 kali lipat dari harga barang itu sendiri. Tapi sebelum habis kekagetan saya, kemudian mas Yudi memberikan penjelasan.

“Kalau ibu tidak berkeberatan, bagaimana jika bungkus kardus ini kita ganti saja dengan karung plastik. Karena kalau kemasannya seperti ini, pasti kami akan hitung secara volume. Sehingga biaya jatuhnya akan lebih besar. Apalagi barang yang ibu kirim resiko kerusakannya kan tidak terlalu tinggi. Di samping barangnya tetap aman, ongkos kiriminya pun lebih murah.”

Itulah hal yang tidak pernah terpikirkan bahkan diketahui oleh konsumen termasuk saya. Ternyata, kemasan paket itu sangat berpengaruh pada tarif. Kita harus pintar menyiasati antara barang yang akan di kirim dengan kemasan pembungkusnya. Kalau semacam barang lunak dengan resiko kerusakan yang kecil, tidak harus di bungkus kardus. Kecuali barang tersebut memiliki tingkat resiko kerusakan sangat tinggi. Di samping tentunya ada aturan-aturan yang berlaku pada kantor ekspedisi yang bersangkutan, sehubungan dengan paket beresiko tinggi dalam kerusakan maupun barang yang berbahaya.

Dengan penjelasan dari mas Yudi yang begitu detail dan gamblang, saya merasa sangat lega sekali. Tentu saja saya tidak berkeberatan. Akhirnya paket saya di ganti kemasannya dengan karung plastik. Tarifnyapun sangat jauh selisihnya dengan ketika masih di bungkus kardus tadi. Dan saya juga tidak harus menambah biaya untuk karung plastik dan jasa membungkusnya.

Sejak diberi kursus kilat dari mas Yudi tentang seluk beluk ekspedisi, membuat saya jadi lebih pintar dalam urusan mengemas paket. Apalagi bisnis yang saya tekuni juga mengharuskan saya selalu menggunakan jasa pengiriman paket, baik di luar kota maupun ke luar jawa. Saya tetap setia dengan JNE. Di samping lokasinya tidak jauh dari rumah dan sangat mudah menemukan kantor-kantor cabang  lain yang tersebar, yang lebih penting lagi adalah karena rasa percaya dan rasa nyaman.

Dalam situasi persaingan yang sangat ketat, konsumen sangat sensitif dalam urusan pelayanan. Keterbukaan dan kejujuran dari orang seperti mas Yudi adalah modal yang utama dalam membangun sebuah bisnis di bidang jasa. Sebenarnya tidak mudah kalau orang tersebut tidak memiliki hati yang jujur, jiwa yang besar dan hanya memikirkan profit saja.  Dia bisa saja tinggal  menerima paket yang sudah terbungkus rapi dengan menghitung tarif sesuai aturan perusahaan. Saya sendiri tentunya tidak akan bisa menolak dengan ongkos yang memang sudah ditentukan tanpa bisa menawar (emang beli lombok pake nawar hehehehe). Situasi seperti itu pasti sangat menguntungkan kantor dia karena mendapat pemasukan sesuai target. Tapi ternyata karyawan JNE seperti mas Yudi masih mengedepankan keterbukaan dan kenyamanan pelanggan. Kepuasan konsumen bagi dia lebih penting dan sangat menentukan jangka panjang kelangsungan perusahaan.    Saya yakin,  JNE pasti akan mampu bertahan di tengah persaingan yang semakin ketat karena miliki karyawan seperti mas Yudi.



Catatan harian, 01 Nopember 2014
Pukul : 06.52

Post a Comment

Inspiravy
Theme by MOSHICOO