Cara Merawat Dan Menyimpan Barang Berbahan Kulit

“Alhamdulillaaaaahh……”


Setengah berteriak kegirangan, ketika saya melihat ikat pinggang warna hitam yang hampir beberapa bulan ini sudah saya nyatakan hilang. Pagi ini, ketika saya beres-beres lemari pakaian – hal yang rutin saya lakukan tiap 2 bulan sekali, akhirnya saya temukan tersembunyi dibawah tumpukan baju-baju yang berantakan.

Kenapa saya berteriak kegirangan seperti kejatuhan durian atau mendapat undian 1 milyar?? Waktu itu yang ada di sebelah saya adalah Kiki – anak nomor 2, spontan saya berkata pada dia :

“Mas, kamu tahu nggak kenapa mama seneng banget nemu lagi sabuk hitam ini?”

Dengan ekspresi datar karena dia sambil mantengin laptop (soalnya dia lagi serius bikin pe er), dia jawab :

“Tahu maaaaaa…. Sabuk itu umurnya lebih tua dari mas Thomi, punya histori dan bahannya masih bagus sampai sekarang. Kalo nggak salah ini sudah yang ke 20 kalinya mama ngomong ke aku….”

Aku masih senyum-senyum karena gembira tanpa menghiraukan Kiki yang setengah menggerutu karena keseriusannya mengerjakan pe er sempat terganggu. Dan Kiki benar, sabuk hitam dari kulit itu mempunyai histori yang berkesan karena saya beli ketika anak sulung saya belum lahir (sekitar tahun 1993), tokonya pun sudah tidak ada, harganya tidak terlalu mahal untuk ukuran saat  itu tapi karena saya rawat makanya masih cukup bagus sampai sekarang.

Langsung sabuk (ikat pinggang) itu saya gabungkan dengan koleksi yang lain di tempat yang sudah saya sediakan, setelah saya gulung dengan rapi. Dan saya berjanji, tidak akan ceroboh meletakkan di sembarang tempat sehingga tidak saja membuat saya pusing mencari-cari di seluruh pelosok rumah. Semuanya pasti kena omelan dan tuduhan kalau barang-barang kesayangan saya hilang. Bahkan Thomi – anak saya yang sulung, sampai menyindir :

“Mama kalo sabuk, tas atau sepatunya yang ilang aja kayak dunia mau kiamat. Coba ayah telat pulang ato lama di luar kota, cuek kayak bebek..”

Tapi saya yakin dia juga cuman guyon karena sebel liat mamanya ngomel melulu kalo lagi nyari barang kesayangan. Masa iya ayahnya (suami saya) disamakan dengan barang-barang itu. Hemmmmm…..tapi lama-lama saya pikir, ada benernya juga sih apa kata Thomi hehehehehe.

Kenapa kok sampe segitunya yaaaaa….???

Seperti wanita kebanyakan, saya juga hobi banget mengumpulkan tas dan sepatu, yang sudah menjadi kebutuhan utama fashion wanita. Karena sekarang tidak hanya monopoli di kota besar saja juga selalu memperhatikan penampilan sesempurna mungkin, di kota kecilpun sekarang penampilan di perhatikan begitu detail. Sehingga para produsen terutama tas dan sepatu pun makin menjamur serta bersaing secara gencar mempromosikan produk mereka. Apalagi di tunjang media promo mudah dan canggih memanfaatkan tekhnologi yang semakin maju.

Tidak hanya ikat pinggang yang terbuat dari bahan kulit.Tas atau sepatu pun tidak luput dari perhatian dan perawatan yang intensif. Bukan karna harganya yang mahal, karena barang-barang kulit yang saya beli hampir semua bukan yang asli sekali dan mahal banget. Tapi yang jelas, hampir semua barang tersebut sudah saya koleksi sejak saya belum menikah dan tetep awet sampai sekarang. Ada nilai histori, penuh perjuangan untuk mendapatkannya sampai modelnya yang sepanjang masa masih tetap up to date. Tidak heran kalau saya seperti kebakaran jenggot kalau ada satu barangpun yang ketlisut, lupa naruk atau hilang sesaat. Meski saya yakin tidak mungkin hilang alias masih di dalam rumah sendiri, tetep heboh kalau mencarinya.

Tapi saya termasuk orang yang tidak gampang tergiur untuk membeli barang-barang tersebut. Lebih memikirkan kebutuhan dan kenyamanan saya utamakan.

Kebutuhan itu disesuaikan dengan profesi dan kegiatan. Dari dulu ketika saya masih bekerja hingga sekarang walaupun hanya di rumah saja, pola pemikiran dalam membeli barang terutama sepatu atau tas masih tetap sama.

Saya lebih suka membawa tas yang agak besar dan kapasitas muatnya juga lebih banyak. Karena saya selalu ingin membawa semua barang yang saya anggap penting, kemanapun saya pergi. Mungkin kalo kantong ajaib Doraemon di jual gitu saya orang nomor satu yang mau beli. Lumayan buat pengganti tas yang kadang ribet banget membawanya dengan banyak isi.

Sedangkan untuk warna, baik itu sepatu atau tas, saya lebih cenderung membeli warna yang saya anggap netral yaitu hitam, coklat tua dan putih. Untuk warna lain tidak terlalu diprioritaskan, hanya tergantung mood atau modelnya saja.

Kenyamanan itu meliputi nyaman di pakai dan nyaman dalam pemeliharaan. Kalau masalah sepatu kita baru merasakan cocok dan nyaman kalo sudah dipakai beberapa kali. Biasanya kita sudah mempunya brand yang menjadi pilihan karena cocok dan enak di pakainya. Saya juga memasukkan pertimbangan nyaman dalam pemeliharaan, ketika mau membeli satu produk (apapun). Kalau merawatnya bisa simpel sekali, tanpa pikir panjang saya pasti membelinya. Tapi kalo harus ada perawatan khusus dan terlalu berbelit, mending gak usah beli. Daripada gak ke rawat dan kemudian rusak, kan jadinya nyesel.
14087632171222625146
dokumentasi pribadi
14087633071582319750
dokumentasi pribadi
Sejak pertama saya mempunyai koleksi tas dan sepatu kulit, saya sudah mencari referensi sebanyak-banyaknya tentang bagaimana caranya merawat dan menjaga supaya awet kulitnya dan warnanya tidak kusam. Sebenarnya itu saya terapkan tidak hanya untuk barang yang terbuat dari kulit asli (dengan harga yang sedikit mahal) tapi juga barang-barang lainnya yang terbuat dari kulit sintetis maupun campuran.

Berikut ini adalah tips untuk merawat barang yang berbahan kulit - umumnya sepatu atau tas, yaitu :

1. Apabila menyimpan di dalam lemari, harap diperhatikan suhunya. Harus dalam kondisi kering (jangan lembab) dan perlunya menambahkan silica gel di dalam tas atau sepatu. Jangan lupa kamper gantung di lemari untuk menghindari jamur.

2. Diangin-anginkan minimal sebulan sekali, cukup sejam aja. Kadang sekalian saya kasih krim khusus kulit atau semir cair warna netral, untuk merawat supaya kulitnya tetap awet, bagus dan warna tidak pudar.

3. Hindari menyimpan dalam kantong plastik karena akan menyerap kelembaban. Bungkus dengan kantong kain dan sebaiknya tidak di lipat agar tidak merubah bentuk.

4. Masukkan kertas koran, kertas putih atau kain perca saat menyimpannya untuk menjaga bentuk supaya tidak gepeng.

5. Ketika menyimpan tas jangan sampai posisi menumpuk dengan tas-tas yang lain atau barang yang lain.

6. Jangan kena air atau minyak, karena bisa merusak kulit. Apabila kena dengan tidak sengaja, segera gantung supaya kena angin dan kering dengan sendirinya. Atau di lap secara pelan-pelan dengan kain yang lembut dan kering (jangan di gosok).

7. Untuk produk yang ber-merk, biasanya ada produk pembersih khusus. Tapi kalau yang premium atau KW biasanya cukup di beri semir cair warna netral untuk menjaga kelembaban kulitnya.

8. Jangan mencuci dengan sembarang deterjen apalagi di jempur di bawah sinar matahari. Karena akan merusak kulit, menjadi retak-retak dan mengelupas.



Semoga tips ini bermanfaat…



Post a Comment

Inspiravy
Theme by MOSHICOO