Ayahku, Pahlawanku

Beberapa hari yang lalu saya bbm-an dengan sahabat kompasianer tercinta Ellen Maringka. Entah kenapa kami tiba-tiba membahas sosok ayah masing-masing, yang kebetulan sudah lebih dulu di panggil Yang Maha Kuasa. Papa mbak Ellen lebih dahulu yaitu tahun 2001 sedang ayah saya tahun 2004 yang lalu. Ada persamaan yang kami rasakan ketika menerima kenyataan bahwa sekarang kami sudah tidak ditemani sosok yang begitu melindungi itu. Salah satunya adalah kami sama-sama begitu dekat dengan sang ayah, sedang salah duanya adalah sampai sekarang kami tidak pernah merasakan bahwa beliau sudah tidak ada di samping kami, walaupun kami sudah mendapat sosok pengganti beliau yaitu suami. Tapi, kasih sayang dan perhatiannya masih bisa kami rasakan sampai sekarang dan tidak tergantikan oleh siapapun.

Beberapa malam ini, entah kenapa saya tiba-tiba kangen sekali dengan almarhum ayah. Beliau wafat tanggal 26 Juli 2004 dan beristirahat di Taman Makam Pahlawan kota Madiun Jawa Timur, karena kebetulan beliau dulu seorang tentara dan bekas pejuang 45.

Tapi saya tidak ingin bercerita tentang aktifitas beliau sebagai tentara pejuang, yang menjadikan kebanggaan kami (atau mungkin lain kali kalau ada waktu saya akan bercerita). Melainkan beberapa kenangan kecil, salah satunya adalah tentang keunikan beliau dalam memanggil kami putra putrinya dengan memakai nama-nama panggilan kesayangan waktu kecil. Sebenarnya bukan hal yang istimewa, karena saya yakin semua orang pasti mempunyai nama panggilan waktu kecil ataupun nama kesayangan.

PENG” itulah panggilang kesayangan yang sejak kecil disematkan ayah buatku. Singkatan dari “CLEPRENG” entah berasal dari bahasa mana, yang pasti menurut beliau kata tersebut berarti adalah anak yang ceria, ramai (ramah) dan gak bisa diam(kreatif). Dan masing-masing putra putrinya memang mempunyai panggilan kesayangan sendiri-sendiri. Ada Ndut, Ompong, Pesek, Bunder atau Mbendol.

Tapi kebalikannya, apabila beliau menegur saya dengan panggilan nama yang asli VY atau AVY justru malah patut diwaspadai bahwa beliau sedang tidak berkenan alias sedang marah. Meskipun teguran itu masih dalam intonasi yang lembut, tapi justru membuat kami jadi gak enak dan takut. Dan ayah hampir tidak pernah memarahi kami, sejak kami kecil hingga kami dewasa sampai ayah meninggalkan kami untuk selama-lamanya. Tidak pernah kami melihat sosok tentara yang keras dan “kasar” seperti ketika beliau bertugas atau menghadapi anggotanya. Justru kelembutan dan ketenangan dalam kesehariannya.

Salah satu kebiasaan yang sampai sekarang tidak pernah kami lupa, hampir setiap malam ayah selalu membelikan kami pisang goreng dan jadah bakar stasiun Madiun. Makannya rame-rame karena harus di bagi rata, makhlum kami keluarga besar sekali. Yang paling bontot harus rela dapat separo, sesuai dengan porsi badannya yang kecil hehehehe. Beliau tidak bisa mendongeng, tapi beliau adalah penyanyi keroncong dari band orkes keroncong Kodim. Meski tidak tiap hari, sebelum tidur kadang beliau menyanyikan kami lagu perjuangan dan lagu keroncong jaman dulu. Gak heran kalau sampai sekarang saya juga suka menyanyi seperti lagu Aryati, Mahameru, Di Wajahmu Kulihat Bulan, Pertemuan, Kopral Jono dan masih banyak lagi.

Ayah bagi kami juga seorang body guard. Karena saudara saya dari 6 orang, 4 di antaranya adalah perempuan. Di antara kesibukannya sebagai prajurit yang berdinas di Kodim Madiun, ayah masih sempat mengantar serta menjemput sekolah, mengantar les atau kegiatan kulikuler kami, bahkan sampai mengantar kami putri-putrinya membeli kado kalau ada undangan teman berulang tahun. Ayah mahir sekali memilihkan baju, mendadani sampai mengikat pita ke rambut kami.
Lhaaaa….terus, bunda dimana?

Di samping bunda sibuk dengan kegiatan-kegiatannya, entah kenapa kami lebih suka kalau ayah yang menemani dan mengantar kemana-kemana kami pergi. Beliau tempat curhat dan teman diskusi yang jempolan. Membuat kami selalu lega ketika masalah datang, beliau selalu menampung sekaligus mencarikan solusi, plus ciuman dan pelukannya yang hangat.
AYAH, meski banyak tanda jasa dan penghargaan yang telah negara berikan padamu…..tapi bagiku tidak bisa menggantikan penghargaan sesungguhnya bahwa dirimu adalah PAHLAWAN kami, putra putrimu yang selamanya akan mengenangmu dengan cinta. Dan tak pernah putus untuk mengirim doa.

Meskipun masih besok…

Saya ucapkan :

Selamat hari AYAH untuk semua ayah hebat di seluruh dunia.
“Jadilah seorang pelindung dan panutan untuk anak-anakmu (terutama anak-anak bangsa), karena sosokmu pasti akan selalu di kenang meskipun nantinya tinggal namamu saja”


Catatan Harian, 14 Juni 2014
Pukul : 10.20 WIB

Post a Comment

Inspiravy
Theme by MOSHICOO